Social Icons

Pages

Sabtu, 19 Mei 2012

Keanekaragaman Hayati

Assalamualaikum Wr.Wb
gimana nih kabarnya?lama nggak ketemu,semoga baik-baik aja ya
kali ini saya akan berbagi ilmu tentang "Keanekaragaman Hayati". Keanekaragaman hayati sangat banyak kita temukan di sekitar kita. Untuk iu saya akan menjelaskannya


1.    Keanekaragaman  Hayati Tingkat Gen         
 Keanekaragaman tingkat gen disebut pula keanekaragaman genotip, yaitu tingkat variasi pada organisme sejenis sebagai akibat interaksi antar gena-gena di dalam genotipnya dengan lingkungan sehingga memunculkan fenomena yang berbeda sekalipun gena-genanya sama. Hal ini terjadi sebagai akibat sifat gena-gena ada yang dominan dan ada yang resesif. Itulah sebabnya, sekalipun gena-gena di dalam genotipnya sama dalam satu keluarga terdapat anggota keluarga yang memiliki ciri atau sifat penampilan yang berbeda dengan anggota lainnya dalam keluarga itu.  Penampakan sifat genotif berinteraksi dengan lingkungannya disebut fenotif. Dengan begitu, akibat adanya sifat dominansi dan resesif gena-gena dalam genotip induk organisme itu, suatu induk  akan menghasilkan fenotip yang berbeda pada keturunannya. Keanekaragaman genotip disebut juga plasma nutfah.
Individu yang masih alami atau belum termutasi oleh manusia, memiliki kekayaan plasma nutfah yang berharga, karena gena-genanya masih bisa direkayasa lebih lanjut. Keanekaragaman hayati dalam bentuk hutan seisinya merupakan sumber plasma nutfah untuk kesejahteraan hidup manusia di masa kini dan masa datang, sehingga keberadaan hutan di tiap wilayah semestinya dipelihara dan dilestarikan . Keanekaragaman tingkat gen dapat kita pelajari pada pola-pola bentuk daun pada tumbuhan. Pada tumbuhan Dahlia memiliki bentuk daun yang berbeda-beda antara daun semasa kecambah, semasa muda, dan semasa dewasanya atau semasa akan menghasilkan bunga. Pada bagian-bagian bunga, sekalipun memiliki genotip sama pada kelopak, mahkota, benang sari, dan putiknya, kesemuanya memiliki bentuk yang berbeda-beda.  Demikian pula bentuk daun  Ranunculus aquatalis, Salvinia, dan Myriophyllum adalah berbeda antara daun yang berada di atas permukaan air dengan daun yang berada di bawah permukaan air. Daun yang berada di bawah permukaan air memiliki bentuk serupa akar,  tetapi daun yang berada di atas permukaan air memiliki bentuk yang lebih lebar. Hal ini berarti faktor lingkungan  mempengaruhi penampakan sifat genotip yang sama pada suatu bagian organisme sejenis di  tempat tertentu.
          Pada organisme bersel satu seperti bakteri (kokus, basil, vibrio, dan spirilum) mengandung kurang lebih 1.000 gen, apalagi organisme multiseluler memiliki lebih banyak lagi variasi gena-genanya. Satu gena merupakan satu penggal benang DNA dalam ukuran tertentu, dan benang DNA yang amat panjang dapat dikemas menjadi butir-butir kromatin, lalu menjadi nukleosom dan akhirnya terbentuk benang kromosom. Sel semasa interfase, kromosom tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron, karena terurai menjadi benang-benang DNA. Dewasa ini pemanfaatan DNA mikroba untuk dicangkokkan kepada tanaman budidaya agar menghasilkan sesuatu zat yang meningkatkan mutu gizi dari produksi tanaman melalui rekayasa genetika adalah banyak dilakukan untuk menciptakan bibit-bibit unggul. Berdasarkan keanekaragaman hayati tingkat gen ini, Indonesia  memiliki  bank gen atau sumber plasma nutfah yang sangat banyak untuk kesejahteraan hidup manusia.


                                                                                                                        
2. Keanekaragaman Tingkat Jenis      
           Variasi pada keanekaragaman tingkat gen adalah bukan disebabkan oleh keanekaragaman gen, melainkan perbedaan pengaruh interaksi antar gena-gena pada genotip dengan lingkungan yang berbeda. Tetapi keanekaragamantingkat jenis merupakan variasi yang terjadi pada tingkat individu sebagai akibat pengaruh keanekaragamangena-genayang membentuk genotip individu-individu itu.
Keanekaragaman tingkat jenis, contohnya variasi pada jenis kelapa (Cocos nucifera), yaitu ada kelapa gading, kelapa kopyor, dan kelapa hijau adalah berbeda varietasnya, tetapi sama jenisnya.          Individu yang satu dengan individu yang lainnya memiliki persamaan dan perbedaan. Makin banyak persamaannya atau makin sedikit perbedaannya, makin dekat kekerabatannya, dan sebaliknya. Untuk melihat jauh  dekatnya kekerabatan suatu organisme satu dengan organisme lainnya, para hali  membuat sistem pengelompokan-pengelompokan atau klasifikasi yang disebut tingkatan  takson. Ilmu yang khusus mempelajari pengelompokan atau klasifikasi  organisme ini disebut Taksonomi.
http://lh6.ggpht.com/__dzvgXmN9Aw/Su484I8zH8I/AAAAAAAAACE/RejOCfsSMcM/image005.jpg
Gambar 2. Keanekaragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b) singa, (c) kucing dan (d) citah.






3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
       Istilah Ekosistem berasal dari bahasa Greek, yaitu Ecosistem (oikos= rumah tangga, sistema= keseluruhan bagian-bagian sebagai satu kesatuan). Ekosistem berarti satu kesatuan yang ada dalam rumah tangganya, yaitu satu kesatuan antara semua makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Seringkali faktor abiotik menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Faktor pembatas dapat berupa perbedaan iklim, bentang alam yang luas, keadaan air tanah dan mineral yang mempengaruhi pertumbuhan organisme.  Oleh karena setiap jenis makhluk hidup memiliki daya toleransi, adaptasi, dan suksesi yang berbeda-beda terhadap lingkungan yang berbeda-beda, menyebabkan di dunia terjadi keanekaragaman ekosistem maupun bioma. Pada Gambar 1.2 ditunjukkan pengaruh ketinggian tempat dan jauh dekatnya ke kutub (garis lintang) menyebabkan adanya perbedaan  dan persamaan sebaran vegetasinya. Puncak gunung bersalju dan daerah kutub memiliki jenis vegetasi yang sama, juga di daerah ugahari dan ketinggian antara 1.000 - 1.500 m di atas permukaan laut ditemukan hutan pinus (berdaun jarum) yang subur, dan seterusnya.
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem. Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati.
Akibat perputaran bola dunia pada porosnya menyebabkan pembagian iklim, siang dan malam, arah angin, dan kondisi air di tiap bagian dunia adalah berbeda-beda. Iklim  adalah menunjukkan pukul rata tentang keadaan suhu, sinar matahari, cuaca, curah hujan, tekanan udara dan kelembaban udara di suatu daerah. Pengaruh iklim terhadap bentang alam menyebabkan terbentuknya berbagai Bioma seperti: Gurun, Kutub, Tundra, Savana, Stepa, Hutan Berdaun Jarum (Pinus),  Hutan Tropis, dan Hutan Berdaun Gugur. Kondisi seperti itu berdampak ada daerah yang berpenghuni dan daerah tidak berpenghuni, baik dihuni oleh jenis tumbuhan, hewan maupun manusia. Ekosistem hutan merupakan habitat hewan-hewan liar, sehingga rusaknya hutan berakibat terganggunya kehidupan hewan-hewan tersebut, bahkan mungkin kehilangan habitat mereka. Kehidupan hewan-hewan yang tidak sesuai dengan habitatnya dapat berakibat semakin merana, bahkan mungkin menyebabkan kematian dan punahnya suatu hewan. Ekosistem hutan memiliki fungsi ekologis bagi kehidupan hewan, yaitu untuk berlangsungnya rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan bagi mereka, serta menjamin berlangsungnya daur ulang materi dan aliran energi bagi kehidupan di bumi. Dengan demikian akibat rusaknya berbagai ekosistem menyebabkan punahnya beberapa jenis spesies. Sekali jenis makhluk hidup itu punah, jangan harap ia dapat muncul kembali di dunia ini. Hutan yang berfungsi untuk melindungi kehidupan hewan-hewan disebut  Hutan Suaka Margasatwa. Di sinilah pentingnya memelihara kelestian suatu ekosistem dan adanya distribusi tumbuhan dan hewan yang berbeda-beda pada setiap jenis Ekosistem maupun Bioma. Selain itu, berbagi jenis hutan memiliki fungsi orologis, yaitu mencegah terjadinya erosi permukaan tanah akibat hujan mau mencegah terjadinya longsor dan bahaya banjir. Daun-daunan tumbuhan pada hutan menahan jatuhnya air hujan secara perlahan-lahan sehingga dapat meresap ke dalam tanah. Air hujan yang meresap ini ditahan oleh akar-akar tumbuhan sebagai reservoir air tanah, sumber mata air untuk sungai-sungai dan laut. Akibat pemanasan sinar matahari, air laut menguap membentuk awan di atmosfer, kemudian terbawa angin dan tertahan di pegunungan tinggi, kemudian terjadi kondensasi membentuk mendung yang tebal, dan akhirnya jatuh lagi sebagai air hujan. Dengan demikian, hutan memiliki fungsi dalam daur ulang air di alam (hidrologis). Air yang ke luar dari mata air bersifat bersih dan steril, sehingga baik digunakan sebagai sumber air minum yang sehat. Demikian pula, ekosistem hutan menampung daun-daunan tumbuhan yang gugur dan sumber humus yang akan menyuburkan tanah. Hutan yang berfungsi menjaga kelestarian untuk berlangsungnya proses-proses alami dan seisi hutan tersebut disebut Hutan Lindung atau Cagar Alam.  Hutan berupa Cagar Alam dapat membentuk iklim local dan iklim mikro bagi  tumbuhan dan hewan yang hidup di bawah kanopi (naungan daun) hutan itu.
 Bagaimanakah kaitannya antara berbagai jenis bioma yang mengandung tumbuhan dalam jumlah banyak tersebut dengan isu-isu global masalah lingkungan hidup lainnya? Tumbuhan hijau dalam jumlah banyak dan bentuk apapun memiliki fungsi/peranan yang penting dalam penanggulangan masalah lingkungan hidup. Hutan dipandang sebagai paru-paru dunia yang berfungsi menyerap gas-gas beracun dan menghasilkan gas yang berguna untuk udara pernapasan setiap makhluk hidup.
Manfaat Keanekaragaman Hayati
1.      Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan
2.      Sebagai sumber pendapatan/devisa
3.      Manfaat ekologi
4.      Manfaat keilmuan
5.      Manfaat keindahan




Beberapa jenis tumbuhan telah diketahui memiliki manfaat dapat menyerap berbagai gas beracun (Ir. Nancy Martasuta dalam Majalah Trubus No.363, Edisi Februari 2000 – Th. XXXI), seperti tumbuhan:
-  Spatifilum (Spathiphyllum clevelandii) mampu menyerap racun (alkohol, aseton, trikloro, dan formaldehid) dalam jumlah banyak. -  Gerbera (Gerbera jamesonii) mampu menyerap gas beracun apapun dan menghasilklan uap air untuk kesejukan udara.
-  Hanjuang (Dracaena fragans Massangeana) mampu menyerap racun formaldehid dan gas racun lainnya dalam jumlah banyak.
-  Blanceng  (Dieffencahia spp.) mampu menyerap racun sedang-tinggi dari segala jenis gas beracun.
-  Maranta (Marantha leuconeura) memiliki kemampuan menyerap gas racun rendah-sedang dan menghasilkan kelembapan udara dengan baik.  
-  Palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens) memiliki kemampuan menyerap gas beracun paling banyak jenis dan volumenya.
-  Lili paris (Chlorophytum comusum) mampu menyerap racun sedang-tinggi, sehingga dalam bentuk rumpun untuk penghias taman sangat berguna untuk
menyerap gas beracun dalam jumlah banyak. 

Dari contoh-contoh tanaman tersebut, jelaslah berbagai jenis tumbuhan memiliki fungsi ganda, baik sebagai tanaman hias maupun pengendali lingkungan hidup dari bahaya gas-gas beracun, di samping menyediakan oksigen untuk udara pernapasan melalui kegiatan fotosintesis.